Senin, 05 Januari 2009

PERGURUAN TINGGI MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY (manajemen perguruan tinggi)

manajemen perguruan tinggi pada Era Globalisasi adalah era persaingan kualitas atau mutu. Maka perguruan tinggi di era globalisasi harus berbasis pada mutu, bagaimana perguruan tinggi dalam kegiatan jasa pendidikan maupun pengembangan Sumber Daya Manusia yang memiliki keunggulan-keunggulan. Para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi sesungguhnya mengharapkan hasil dari komunikasi dan motivasi ganda yaitu ilmu pengetahuan, gelar, ketrampilan, pengalaman, keyakinan, dan perilaku luhur dalam arti seimbang. Semuanya itu diperlukan sebagai persiapan memasuki dunia kerja dan atau persiapan membuka lapangan kerja dengan mengharapkan kehidupan yang baik dan kesejahteraan lahir dan batin (Artawan, 2002).
Perguruan tinggi sebagai wadah untuk menciptakan kader-kader pemimpin bangsa memerlukan suatu cara pengelolaan yang berbeda dengan pengelolaan instansi non pendidikan, karena dalam wadah ini berkumpul orang-orang yang berilmu dan bernalar. Tanggung jawab pendidikan tidak saja beban pemerintah namun oleh seluruh lapisan masyarakat. Masalah penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana manajemen perguruan tinggi diatur dalam suatu administrasi yang rapi, efisien dan transparan (Artawan, 2002).
Banyak diantara pengelola perguruan tinggi yang mulai memikirkan untuk menerapkan sistem mutu agar universitas yang dipimpinnya mempunyai nilai lebih dan meningkatkan daya tarik bagi para calon mahasiswa baru. Hal ini sangat wajar dalam persaingan bisnis pendidikan yang semakin ketat dewasa ini. Di dalam pola pemikiran demikian artinya, ruang lingkup yang dipersepsikan adalah Perguruan Tinggi sebagai suatu "organisasi jasa pelayanan pendidikan". Perlu kiranya disadari bahwa muara yang dituju dari penerapan sistem mutu adalah kepuasan stakeholder (customer satisfaction). (Dodik, 2004).
Tantangan ke depan perguruan tinggi di Indonesia dalam menghadapi persaingan global adalah kemampuan institusi pendidikannya menempatkan diri sejajar dengan universitas-universitas terkemuka di dunia. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka segenap sistem nilai yang menjadi kunci untuk mencapai tingkatan sebagai universitas bertaraf internasional (world class university) harus dikembangkan dengan sungguh-sungguh, baik instrumen legal sampai terbentuknya budaya berkualitas global dari setiap komponen dari perguruan tinggi. Unsur penting dan utama dalam mencapai tingkatan tersebut adalah Etika Akademik yang mengandung nilai moralitas (sistem nilai baik dan buruk) harus dimiliki oleh setiap sivitas akademika dalam melaksanakan kegiatan di bidang akademik.

Pendidikan tinggi di Indonesia pada saat sekarang telah memasuki era baru - suatu era kompetitif yang penuh tantangan, perubahan, dan turbulence. Universitas kelas dunia (world-class university) merupakan universitas yang siap dan berhasil dalam kompetisi di arena global, memiliki visi yang tidak hanya berkaitan dengan staf pengajar (dosen), peneliti, dan mahasiswa berwawasan global, tetapi juga berkaitan dengan institusi dan mitra (partner) global. Dengan demikian, upaya keberhasilan untuk memanfaatkan sumber-sumber daya lokal, nasional maupun internasional akan memberikan kesempatan untuk menjadikan perguruan tinggi di Indonesia sebagai institusi berkelas dunia.
Pengembangan sejumlah universitas menjadi world-class university sudah dilakukan di banyak negara Asia, khususnya di Korea Selatan, Cina, Singapura, dan bahkan Thailand. Melalui perencanaan yang serius dan matang serta didukung anggaran yang lebih daripada memadai, mulai muncul universitas-universitas kelas dunia di negara-negara tersebut, yang mampu bersaing di tingkat internasional. Kemunculan mereka bahkan dipandang ‘mengancam’ hegemoni PT di Eropa dan Amerika, yang selama ini sangat dominan; kekhawatiran mulai mencuat di kalangan mereka, bahwa jika mereka tidak melakukan langkah-langkah seperlunya, maka PT-PT mereka akan kehilangan competitive edge-nya.
Bukan rahasia lagi, tidak banyak PT Indonesia yang mampu bersaing di tingkat internasional; bahkan untuk level nasional saja, sebagian besar belum memenuhi harapan. Banyak faktor penyebabnya sejak dari tradisi universitas yang relatif baru, hanya sejak masa pasca Kemedekaan Indonesia mulai memiliki universitas; pembiayaan yang minim; kualifikasi sumber daya dosen yang rendah; fasilitas yang tidak memadai; tidak ada atau kurangnya jaringan nasional dan internasional, dan sejumlah faktor lainnya lagi.
Berdasarkan survei yang dilakukan The Times Higher Education (THE) tahun 2007, universitas terbaik yang kita miliki seperti UGM, UI dan ITB ternyata masih tertinggal bila dibandingkan dengan beberapa universitas milik negara tetangga kita, Malaysia atau Singapura meskipun PT kita tersebut masuk dalam 500 universitas peringkat dunia. Potensi PT kita sangat besar, tidak kurang ada 2.700 PT di seluruh Indonesia yang berbanding lurus dengan kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang berkecimpung di PT dan diharapkan dapat mengangkat citra negara kita di mata internasional.
Tak kurang pentingnya, Pemerintah Indonesia dalam kebijakan politik pendidikannya sejak masa kemerdekaan hampir tidak pernah memprioritaskan pendidikan tinggi. Prioritas utama lebih diberikan pada pendidikan dasar. Karena itu, mudah dipahami, bahwa jika untuk mewujudkan pendidikan universal untuk tingkat dasar saja pemerintah keteteran, bagaimana mungkin memprioritaskan pendidikan tinggi.
Lebih jauh, prioritas pada pendidikan dasar bisa dipahami sangat penting untuk mengangkat harkat rakyat secara keseluruhan. Tetapi pada saat yang sama, jika pemerintah dan masyarakat tidak memiliki kapasitas untuk mengembangkan secara merata seluruh PT, sudah selayaknya dikembangkan beberapa PT yang setidaknya bisa menjadi ‘token’, pertanda, adanya PT Indonesia yang representatif untuk bersaing di tingkat internasional. Seperti dikemukakan Philip G Albach dalam The Costs and Benefits of World-Class Universities (2005), ‘universitas kelas dunia’ adalah ‘universitas yang memiliki rangking utama di dunia, yang memiliki standar internasional dalam keunggulan (excellence)’.
Keunggulan tersebut mencakup, antara lain, keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui publikasi internasional; keunggulan dalam tenaga pengajar (profesor) yang berkualifikasi tinggi dan terbaik dalam bidangnya; keunggulan dalam kebebasan akademik dan kegairahan intelektual; keunggulan manajemen dan governance; fasilitas yang memadai untuk pekerjaan akademis, seperti perpustakaan yang lengkap, laboratorium yang mutakhir; dan pendanaan yang memadai untuk menunjang proses belajar-mengajar dan riset. Dan tidak kurang pentingnya, keunggulan dalam kerja sama internasional, baik dalam program akademis, riset, dan sebagainya.
Jelas tidak mudah bagi PT-PT Indonesia mencapai berbagai keunggulan tersebut. Tetapi, jika pemerintah, masyarakat, dan kalangan PT-PT Indonesia serius memiliki world-class universities, maka jelas tantangannya tidak sederhana. Namun, peluang bukan tidak ada. Keputusan Mahkamah Konstitusi belum lama ini yang mewajibkan pemerintah pusat dan daerah menganggarkan minimal 20 persen APBN untuk pendidikan, dapat menjadi peluang untuk lebih menyeriusi peningkatan kualifikasi PT Indonesia menjadi world-class universities. Selain dianggarkan terutama untuk pendidikan dasar, sebagian anggaran pendidikan tersebut seyogianya dialokasikan untuk akselerasi beberapa PT Indonesia ke kelas internasional.
Seperti pengalaman banyak PT world-class, tidak seluruh program akademis mereka dapat dikatakan sepenuhnya berkelas internasional; mungkin hanya beberapa program tertentu saja. Karena itu, PT-PT Indonesia dapat mengembangkan beberapa program akademis tertentu yang dapat dikembangkan mencapai standar internasional. Jika ini saja bisa dilakukan, jelas merupakan langkah strategis ke arah terbentuknya world- class university di Indonesia.
Menurut Effendi Gazhali Dalam banyak hal di republik ini hanya baru bisa mimpi. Akan tetapi hal ini masih lumayan, karena menunjukkan Indonesia masih mempunyai harapan atau cita-cita, mendambakan keadaan Indonesia yang lebih baik.
Dalam sektor pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Indonesia mempunyai visi alias mimpi menjadi universitas kelas dunia. Baru-baru ini, DIKTI telah mengumumkan 50 perguruan tinggi (baik negeri maupun swasta) yang ‘menjanjikan’. Sementara itu, menurut The Times Higher Education Supplement, beberapa perguruan tinggi Indonesia mencapai peringkat dua ratusan di antara ribuan perguruan tinggi di seluruh dunia pada tahun 2007 (entah tahun ini). Walau demikian, secara umum masih terdapat banyak hal yang perlu diperbaiki. Bukan sekadar untuk meningkatkan peringkat, namun lebih untuk meningkatkan kinerja dan kualitas perguruan tinggi kita.
Kualitas dalam hal apa? Tentunya kualitas dalam Tri Dharma, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Namun untuk meningkatkan kualitas dalam tiga hal tersebut, kita juga perlu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pendanaan, serta kualitas para pelakunya, yakni para dosen dan tenaga pendukung, yang akan berdampak pada kualitas lulusannya.
Oleh sebab itu pemerintah bersama-sama dengan para pelaku pendidikan tinggi harus berupaya keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Adanya perguruan tinggi yang bermimpi menjadi kelas dunia tentu perlu didukung. Namun, untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia, katakan menjadi salah satu dari 50 perguruan tinggi terbaik di dunia, kita tentunya perlu mempelajari karakteristik unggul dari sejumlah perguruan tinggi kelas dunia, untuk kita capai di kemudian hari. Itulah yang dilakukan oleh Pemerintah China, misalnya, pada tahun 1990-an. (Menurut The Times Higher Education Supplement 2006, Universitas Beijing dan Universitas Tsinghua termasuk dalam 50 perguruan tinggi terbaik).
Dalam bukunya “Education for 1.3 Billion”, Li Lanqing, eks Vice Premier China pada 1993-2003, menjelaskan bagaimana konsepnya tentang universitas kelas dunia. Menurutnya, sebuah universitas kelas dunia harus mempunyai reputasi akademik yang mapan dan sumber daya akademik yang kaya. Selain itu, sebuah universitas kelas dunia lahir dengan pengembangan diri dan upaya tanpa pamrih untuk memenuhi standar universal. Karena itu tidak masuk akal mentargetkan setiap perguruan tinggi menjadi kelas dunia. Apalagi tidak semua universitas atau perguruan tinggi mempunyai potensi untuk menjadi institusi kelas dunia.
Menurut Li Lanqing, terdapat 8 karakteristik perguruan tinggi kelas dunia. Karakteristik pertama menyangkut kualitas dosennya, terlebih pemimpinnya (yakni, Rektor-nya). Universitas-universitas kelas dunia mempunyai tim dosen dan pakar ternama, kebanyakan di antara mereka diakui oleh dunia sebagai otoritas akademik dalam bidangnya masing-masing. Sebagai contoh, di Harvard University, terdapat 30-an pemenang Nobel.
Karakteristik kedua berkaitan dengan kemampuan perguruan tinggi tersebut dalam merekrut dan mendidik banyak orang terkenal, sebagian di antara mereka menjadi orang yang berhasil dalam karirnya dan mengharumkan nama almamaternya. Sebagai contoh, sekitar 20 alumni MIT menjadi pemenang Nobel dan sejumlah lainnya menjadi pemimpin industri besar seperti IBM dan AT&T.
Perguruan tinggi kelas dunia pada umumnya telah mengadopsi model dan metode pembelajaran yang menjunjung tinggi kebebasan akademik dan mendorong inovasi teoritis. Pembelajarannya lebih banyak menggunakan metode diskusi dan seminar, bukannya mencatat dan menghafal. Etos kerjasama dan saling belajar juga merupakan karakteristik ketiga dari perguruan tinggi kelas dunia.
Karakteristik keempat berkaitan dengan program studi andalannya. Sekalipun terdapat perbedaan dalam keluasan cakupan bidang studinya, perguruan tinggi kelas dunia pada umumnya menawarkan sejumlah program studi andalan dalam spektrum yang lengkap. Oxford University, misalnya, terkenal dalam bidang fisika, kimia, matematika, biologi, dan ekonominya; sementara MIT dalam bidang fisika, ilmu komputer, teknik penerbangan dan angkasa luarnya.
Kebanyakan perguruan tinggi kelas dunia lebih berkonsentrasi pada program pascasarjana, khususnya program doktor, dengan jumlah mahasiswa program pasca-sarjana mencapai setengah jumlah total mahasiswanya. Di Harvard, misalnya, jumlah mahasiswa program pascasarjananya mencapai 1,66 kali jumlah mahasiswa program sarjananya. Ini merupakan karakteristik kelima dari perguruan tinggi kelas dunia.
Sebagai tempat terciptanya pengetahuan baru, perguruan tinggi kelas dunia merupakan sumber pemikiran, gagasan, teori, dan teknologi baru yang memancar tiada henti. Kebanyakan perguruan tinggi kelas dunia juga memiliki warisan budaya yang kaya, seperti halnya Oxford University. Kedua hal ini merupakan karakteristik keenam dan ketujuh dari perguruan tinggi kelas dunia.
Karakteristik kedelapan berkaitan dengan peran dan kontribusi perguruan tinggi yang bersangkutan dengan pembangunan sosioekonomi negara dan kawasan di sekitar-nya. Sebagai contoh, melalui kerjasama dengan industri, Stanford University pada 1951 mempelopori penerapan sains dalam industri dengan mengembangkan suatu zona industri hi-tech, yang kini lebih dikenal sebagai Silicon Valley. Hal serupa juga dilakukan oleh MIT dan Cambridge University.

Indikator WCU Versi THE
Indikator kualitas perguruan tinggi menurut THE 2007 yang dilansir salah satu harian terbitan nasional, dalam menentukan posisi/peringkat universitas di seluruh dunia adalah: (a) academic peer review Indikator ini mencakup keunggulan-keunggulan tertentu yang menjadi karakteristik suatu universitas. (b) employer review: indikator ini berkaitan dengan mutu lulusan universitas yang bersangkutan serta kemampuan mereka untuk bersaing di dalam bursa tenaga kerja. (c) Employer review berisi pandangan-pandangan dari pihak pemberi kerja, berasal dari universitas mana lulusan yang mereka harapkan atau yang nantinya akan mereka pekerjakan.. (d) indexcitation.: indikator ini merupakan ukuran akademik suatu universitas berdasarkan kualitas dan kuantitas karya ilmiahnya seperti hasil riset, jurnal-jurnal maupun publikasi ilmiah lainnya. Dalam hal ini, mutu riset suatu universitas menjadi yang utama. Tidak hanya itu, karya-karya ilmiah yang dipublikasikan pun harus diakui secara internasional dan bisa menjadi rujukan bagi kalangan akademis di seluruh dunia.(e) kualitas kegiatan perkuliahan di universitas yang bersangkutan: indikator ini memadukan antara jumlah pegawai, rasio jumlah mahasiswa dengan dosen, persentase mahasiswa asing, serta dukungan infrastruktur yang menunjang proses perkuliahan.
Langkah Pembenahan PT
Merujuk pada indikator kualitas PT versi THE 2007, kerja keras dan fokus merupakan salah satu penentu dalam mewujudkan PT yang berkualitas Internasional. Ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan oleh Civitas Akademika PT di tanah air dalam rangka mewujudkan WCU, yakni: (1) Menjadikan suatu universitas berbasis riset merupakan program kegiatan yang menjadi keharusan untuk masuk ke dalam jajaran universitas elite dunia. Saat ini UGM yang merupakan universitas terbaik kita versi THE 2007 menghasilkan 120 hasil riset dan 2.990 makalah yang bisa menjadi rujukan internasional, masih jauh tertinggal dengan universitas-universitas di Eropa dan Amerika yang masuk 500 universitas kelas dunia. Sebagai bandingan, di antara negara-negara Asia Tenggara, universitas terbaik kita masih tertinggal jauh dengan National University of Singapore yang sudah memiliki 57.872 karya publikasi ilmiah berskala internasional dan masuk peringkat 33 dunia, Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) yang merupakan negara terdekat dan serumpun dengan kita memilki 4.647 buah karya yang bisa dijadikan rujukan internasional. Bila kita beralasan bahwa penduduk kita yang sangat banyak sehingga menjadi hambatan, hal itu terbantahkan oleh RRC dan India yang satu benua dengan kita. RRC dengan Peking University-nya berhasil masuk peringkat 36 dunia dan Indian Institute of Technology India berada jauh di atas peringkat universitas di Indonesia.
Memerhatikan gambaran di atas, maka PT diharapkan dapat menyeimbangkan kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi terutama menyeimbangkan antara pendidikan pengajaran dengan kegiatan penelitian, seperti diketahui bahwa sebagain besar dosen masih belum menjadikan kegiatan penelitian sebagai suatu budaya yang melekat pada tugas. Maka dari itu, pimpinan program studi atau dekan sudah saatnya membuat kebijakan yang mewajibkan setiap staf pengajar yang bertugas di fakultasnya untuk menghasilkan penelitian minimal 1 penelitian setiap satu semester. Selanjutnya dari penelitian yang dihasilkan, diseleksi untuk dimasukkan ke dalam jurnal yang mempunyai reputasi Internasional.
1. membentuk tim yang menguasai bahasa Inggris untuk bertugas menerjemahkan hasil karya hasil penelitian ke dalam bahasa Inggris sehingga dengan jalan itu para peneliti yang kurang kemampuan bahasa Inggrisnya dapat terbantu. Di sisi lain kalangan internasional akan lebih mudah memahami dan lebih jauh mereka akan banyak menggunakan hasil karya anak bangsa sebagai rujukan, yang akhirnya bermuara pada peningkatan kepercayaan dunia Internsional pada kualitas PT kita.
2. memperbanyak mahasiswa asing yang belajar di PT kita. Sebagai bahan renungan, ada sekitar 4.600 orang warganegara Malaysia sedang menuntut ilmu di 13 PT di Indonesia, sedangkan warga Indonesia yang sedang belajar di Malaysia sekitar 11.000 orang dan sekitar 67.000 mahasiswa asing yang sedang belajar di Malaysia. Untuk memperbanyak mahasiswa asing, PT yang kira-kira potensial dalam merekrut mahasiswa asing harus secara aktif dan kontiniu mempromosikan diri keluar negeri dengan terlebih dulu menentukan target pasar yang dibidik, misalnya beberapa negara seperti Malaysia masih sangat potensial digarap untuk bidang kedokteran, atau negara-negara di kawasan timur tengah merupakan target pasar yang masih menjanjikan. Selain berpromosi, menjadi suatu keharusan memberikan kemudahan bagi mahasiswa asing yang belajar di negara kita khususnya dalam hal komunikasi. Mengenai hal ini ada dua hal yang dapat ditempuh PT untuk menarik minat Mahasiswa asing belajar di negeri kita, misalnya membentuk kelas internasional dengan menggunakan bahasa asing,seperti bahasa Inggris misalnya dalam kegiatan akademik. Kedua adalah dengan memberikan subsidi/ atau beasiswa terbatas kepada mahasiswa asing yang akan belajar disini untuk program studi tertentu, misalnya Program studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Memperbesar daya tampung Mahasiswa dalam negeri bukanlah pilihan yang bijak, terutama bagi PT BHMN yang diproyeksikan dapat bersaing di kancah internasional mengharumkan nama Indonesia.
3. pembenahan infrastruktur, seperti fasilitas laboratorium dan fasilitas penunjang kegiatan pembelajaran dan penelitian lainnya merupakan suatu keharusan yang harus segera diatasi.

Untuk mewujudkan mimpi mempunyai perguruan tinggi kelas dunia diperlukan kerja ekstra keras dan waktu yang lama. Pada saat ini, reformasi dalam pendidikan tinggi harus dapat meletakkan basis yang kuat melalui pembangunan karakter sivitas akademika yang memiliki etika akademik dengan ciri-ciri rasional, obyektif dan normatif. Etika akademik tersebut harus menjadi unsur fundamental moralitas dalam menghadapi perkembangan sosial, ekonomi, politik, budaya dan iptek. Sehingga selain tanggung jawab individu yang mengutamakan kompetensi professional, kejujuran, integritas dan obyektivitas. Pendidikan tinggi di Indonesia harus mampu mempertanggung jawabkan secara publik, hormat kepada martabat dan hak azasi manusia serta dapat menjadi sumber acuan budaya luhur bangsa. Beberapa aspek yang perlu dibenahi diantaranya untuk mencapai world class university adalah:
a) Menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah, etika dan estetika yakni apakah setiap unit menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan kejujuran ilmiah. Apakah Pendidikan di Indonesia telah menjunjung tinggi bidang ilmu yang dikembangkan dan unsur akademiknya telah jujur dengan bidang keilmuan yang ditekuninya.
b) Menjaga standar professional dan standar ilmiah yang tinggi secara berkelanjutan setingkat dengan universitas kelas dunia;
c) Tidak melakukan diskriminasi dalam pelaksanaan kegiatan akademik;
d) Menciptakan lingkungan belajar dan mengajar yang berkualitas dan bertaraf internasional;
e) Mengembangkan dan menerapkan iptek pertanian yang bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan seluruh umat manusia;
f) Menghormati hukum dan hak azasi manusia maupun tidak merusak lingkungan hidup serta membahayakan manusia dan tidak menggunakan binatang percobaan dengan sewenang-wenang.
g) Mampu menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan bertaraf internasional.
Nilai-nilai penting tersebut harus menjadi landasan bagi pembuatan kebijakan akademik dan terus dikembangkan melalui berbagai instrumen serta dilaksanakan secara komprehensif beserta jaminan mutu, pemantauan dan evaluasinya sehingga menjadi budaya akademik di institusi pendidikan di Indonesia. Pencapaian unsur-unsur penting tersebut sangat menentukan kualitas institusi pendidikan di Indonesia sebagai institusi universitas bertaraf internasional dan berperan dalam pembangunan bidang pertanian yang dapat mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia dan umat manusia.

Kesimpulan dan Saran
Membangun universitas kelas dunia bukanlah pekerjaan yang bisa selesai semalam, tapi kendati demikian harus dimulai. Jika tidak dimulai suatu negara tidak akan pernah sampai pada puncak pencapaian itu. “World Class University are not build overnight, but if we don’t start today, they would never come by”, disamping itu ide world class university diharapkan tidak melupakan jati diri bangsanya atau karakteristik budayanya. Identitas ini hanya bisa diketahui dan diisi oleh suatu perguruan tinggi di negaranya.
Bagian terpenting lagi dari universitas kelas dunia adalah perhatian penuh pada mahasiswanya dengan menerapkan program-program pembinaan mahasiswa, misalnya program di mana mahasiswa-mahasiswanya diasuh oleh tokoh masyarakat/guru-guru besar, tidak harus di bidang studi yang sama. Karena intake mahasiswanya berasal dari latarbelakang sosial ekonomi yang berbeda diajarkan cara, manner, nilai pada acara-acara kebesaran, sehingga ada kepercayaan diri. Program kuliah kerja nyata menjadi program prioritas, sehingga mahasiswa tahu bermasyarakat dan masyarakat merasa membutuhkan mahasiswa; mahasiswa-mahasiswa juga diasramakan, mereka yang mengatur kehidupan asrama sendiri dan juga mengirimkannya ke luar negeri untuk mendapatkan pengalaman.

Daftar Pustaka

Artawan, I Made, 2002
Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Perguruan Tinggi, Malaysia

Awangmaharijaya “Menuju World Class University” Awangmaharijaya’s Weblog 25 Februari 2008

Cahyono, Imam ”Perguruan Tinggi, Cermin Globalisasi” Uni Sosial Demokrat, 2008

Firmansyah “Langkah Menuju World Class University “ Harian Global 4 Juni 2008

Gunawan, Hendra” Mimpi Mempunyai Universitas Kelas Dunia” Sebuah Makalah

Gaspersz, Vincent, Prof.Dr. “Penerapan Total Quality Education pada Undana” Sebuah Makalah

Kusumastanto, Tridoyo Prof. Dr.” Etika Akademik Menuju World Class University, Sebuah makalah Ketua Komisi D Norma dan Kajian Strategis, SA-IPB

Ming, Kai Ceng, Prof. World Class University Are Not Build Overnight Bulletin Dikti 04 April 2008

Republika Online, Menuju World Class University, Rabu 09 April 2008

Santoso, Djoko, Prof.Dr. Ir “Evaluasi Diri ITB Sebagai Universitas Kelas Dunia” Naskah Pidato Rektor ITB pada Sidang Terbuka ITB Peringatan Dies Natalis Ke-49 ITB, 2 Maret 2008

Supriyoko, Ki Prof. Dr. “Perguruan Tinggi Kelas Dunia dari Jatim” Sebuah makalah

Supriyoko, Ki Menghargai PTS Kelas Dunia, Kedaulatan Rakyat 25 Februari 2008

Tung Khoe You “Akuntabilitas dan Kualitas Universitas BHMN” Kompas, 24 Mei 2004

Warta Kota Rabu, 9 April 2008 ”UI Menuju Kelas dunia”

Who’s Online Senin 2 April 2008”Jalan berkabut menuju Universitas Riset Kelas Dunia”

Tidak ada komentar: